Wednesday, February 26, 2020
aku tenang melihat hujan datang membasah kota damai ini, selepas kemarau yang panjang. aku tenang sekali merasa angin ini, dalam jiwa anak kecil itu. menghidup kembali harap dan kasih. aku tenang sekali memanjat dua tangan syukur pada Tuhan yang Esa, kerana anugerah hidup yang masih ada. Lembut angin ini yang bak sutera membelai kulit bangsa. Setelah berkurun dalam masa penjarah, kita masih kekal teguh berdiri. Aku tenang sekali merasa udara ini, terus menerus membelai suasana, tenang dan damai. Aku tenang sekali melihat hujan ini, datang ke kota damai bawa seribu lagi harapan baru, setelah nusa ditekup lemas dalam mimpi semalam.
Sunday, February 16, 2020
antara dua dinding mimpi
tentu Tuhan pun tahu yang kita sedang menderita.
mana lagi harus aku cari ketenangan dalam dunia yang kalut ini, terus diseksa dan dilantun dalam maya yang tersorot dihujung mimpi. nah kita terus menyusun kata-kata walhal kita ini cuma manusia. harusnya kita hanya mampu berkata. Dihempuk oleh awan yang luruh pun, kita ini hanya mampu melihat. dari sudut mata dua, kita tetap kita. kudus dan tetap lemah. mana lagi harus aku mencari ketenangan jika jiwa harus terus memberontak dipalit rasa gundah, kabur dan terus hampa. Mana lagi harus kita mencari ketenangan Apa perlu antara dua dinding mimpi itu? yang bukan kita penguasa.
beri aku sedikit lagi nafas berguna, bukan mimpi mimpi kosong lagi, bagi aku bisa merentas lagi mimpi mimpi itu, terbang bebas bukan lagi mimpi lama yang terbiar. bagi aku dia yang bermimpi, bukan sang pengejar lara. antara dua dinding mimpi itu, aku tahu aku lihat dia. tersenyum dan menawan. terhinggap oleh rasa nyaman, redup dan aman. dan bukan kita ini sang penguasa, untuk membeda beda suasana, kerna kita cuma sang pemimpi.
Tuhan biar aku bisa merentas antara dua mimpi lagi.
Thursday, February 6, 2020
Teman aku ke bintang
malam ini teman aku ke bintang, bawa segala ayat yang indah dan kalungkan di leher aku. biar semangat untuk hidup ini kembali. biar segala lelah dan susah ini padam sementara, dalam limpahan cahaya bintang itu. biar esok aku bisa untuk terus berdiri, mengadap dunia.
pandu aku ke rumah langit itu, yang dindingnya dari kepul kepul awan tebal, agar tiada lagi aku dengar berita susah dunia, agar aku bisa hidup bahagia selalu dalam mimpi ini. biar lelap mata ini biar redup mata ini, untuk itu aku begini.
basahkan aku dengan impian. dari carik carik kertas lembar kapal terbang ini. kita susun kembali menjadi warkah, impian dari si kecil yang mati. dari jiwa jiwa yang tulus menyinta. hanya untuk mengenal bahagia. harus kita terbang ke lapis langit yang tertinggi, menggapai jiwa anak kecil itu, terus tangan gugur genggam se erat apa pun. dan kita boleh hidup begini saja.
teman aku ke bintang itu yang jauh. disudut angkasa yang paling jauh. disudut tiada lagi semalam. biar kita terus terlewat dari masa, kerana kita hidup untuk kita. akan kita kutip bunga-bunga menjadi taman taman kita, dari segenap limpahan daun dan kita susun menjadi tempat berehat yang permai untuk kita, dalam impian yang segar dan tumbuh mewangi selaman. selama mana hidup tiada budi, kita terus layak menjadi burung. bebas dan gembira.
hanya teman aku ke bintang yang jauh itu.
https://en.wikipedia.org/wiki/Death_of_Alan_Kurdi
https://en.wikipedia.org/wiki/Death_of_Alan_Kurdi
Subscribe to:
Posts (Atom)